Wednesday, 14 May 2025

Bolehkah Percaya Ilmu Garis Tangan? Ini Penjelasan dari Sains dan Islam

 



Banyak orang penasaran dengan ilmu palmistry atau chiromancy—praktik meramal karakter, rezeki, bahkan masa depan seseorang melalui garis tangan. Bahkan ada pula yang percaya bahwa sidik jari bisa menentukan bakat, kepribadian, atau takdir hidup seseorang.

Sebagai muslim, kita perlu bijak memilah: mana yang murni sains, dan mana yang sudah masuk wilayah pseudoscience atau bahkan kemusyrikan. Tulisan ini akan membahas secara ilmiah dan islami, lengkap dengan dalil shahih dan penjelasan konsekuensi dosanya.


1. Apa Kata Sains tentang Garis Tangan dan Sidik Jari?


a. Garis Tangan

Garis di telapak tangan terbentuk sejak janin dalam kandungan (sekitar minggu ke-12) dan ditentukan oleh faktor genetik dan perkembangan otot/jaringan tangan. Dalam ilmu medis, garis tangan digunakan untuk mendeteksi kelainan genetik, seperti:

  • Down Syndrome: Sering memiliki garis tangan tunggal (simian crease).
  • Trisomi lainnya: Bisa menunjukkan pola lipatan tangan yang khas.

Namun, tidak ada bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa garis tangan bisa digunakan untuk meramal nasib, kepribadian, atau masa depan seseorang. Praktik tersebut disebut sebagai pseudoscience atau ilmu semu.

b. Sidik Jari (Dermatoglyphics)

Sidik jari juga terbentuk di dalam rahim dan unik untuk setiap individu, bahkan pada anak kembar identik. Dalam dunia forensik, sidik jari sangat berguna untuk identifikasi seseorang.

Ada klaim bahwa sidik jari bisa mengungkap bakat atau kecerdasan (misalnya melalui DMIT—Dermatoglyphics Multiple Intelligence Test), namun klaim ini tidak diakui oleh dunia medis atau psikologi ilmiah karena tidak ada dasar empiris yang kuat. Lagi-lagi, ini termasuk pseudoscience.


2. Apa Kata Islam tentang Palmistry dan Ramalan Garis Tangan?

Dalam Islam, percaya kepada ramalan, termasuk yang berbentuk palmistry, adalah haram. Ini karena:

  • Mengklaim mengetahui hal ghaib (padahal ghaib hanya diketahui Allah).
  • Bisa menjerumuskan pada syirik, yaitu menyekutukan Allah dalam urusan takdir.

Dalil dari Al-Qur’an:

قُل لَّا يَعْلَمُ مَن فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ الْغَيْبَ إِلَّا اللَّهُ
"Katakanlah (Muhammad), tidak ada seorang pun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang gaib, kecuali Allah."
(QS. An-Naml: 65)

Dalil dari Hadis:

مَنْ أَتَى عَرَّافًا فَسَأَلَهُ عَنْ شَيْءٍ، لَمْ تُقْبَلْ لَهُ صَلَاةٌ أَرْبَعِينَ لَيْلَةً
"Barangsiapa mendatangi peramal lalu bertanya kepadanya, maka salatnya tidak akan diterima selama 40 malam."
(HR. Muslim)

مَنْ أَتَى كَاهِنًا فَصَدَّقَهُ بِمَا يَقُولُ، فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ
"Barangsiapa mendatangi dukun atau peramal lalu mempercayai apa yang dikatakannya, maka ia telah kafir terhadap apa yang diturunkan kepada Muhammad."
(HR. Ahmad, Abu Dawud, dan al-Tirmidzi)


3. Konsekuensi Dosa Percaya Palmistry

Berikut adalah tabel konsekuensi berdasarkan tingkat kepercayaannya:

A. Jika hanya sekadar iseng atau penasaran (tanpa meyakini sepenuhnya):

  • Hukumnya haram.
  • Termasuk dalam dosa syirik kecil.
  • Tetap berdosa karena melibatkan diri dalam hal ghaib yang bukan wewenang manusia.

Rasulullah SAW bersabda:
“Barangsiapa mendatangi dukun (peramal), lalu bertanya kepadanya, maka shalatnya tidak akan diterima selama 40 malam.”
(HR. Muslim)

Ini berlaku meskipun tidak percaya, hanya bertanya saja sudah berdosa besar.


B. Jika benar-benar meyakini bahwa garis tangan menentukan nasib, jodoh, rezeki, atau karakter:

  • Ini tergolong syirik besar karena:
    • Mengambil ilmu selain dari wahyu Allah.
    • Meyakini adanya kekuatan selain Allah dalam menentukan takdir.

Nabi SAW bersabda:
“Barang siapa mendatangi peramal lalu membenarkan apa yang dikatakannya, maka dia telah kafir terhadap wahyu yang diturunkan kepada Muhammad.”
(HR. Ahmad, Abu Dawud, al-Tirmidzi, dinilai sahih oleh al-Hakim)

Artinya:

  • Keimanannya batal.
  • Amalnya terhapus.
  • Perlu segera bertobat dengan taubat nasuha.






4. Bagaimana Jika Sudah Terlanjur Mempercayainya?

Jika pernah percaya atau menyebarkan informasi palmistry, maka:

  1. Segera bertobat dengan taubat nasuha.
  2. Meninggalkan praktik atau konten terkait sepenuhnya.
  3. Menghapus atau mengklarifikasi konten jika pernah menyebarkannya ke orang lain.
  4. Memperkuat iman dengan ilmu tauhid dan menghindari hal ghaib yang tak berdasar.

Penutup: Bijaklah dalam Memilah Informasi

Tidak semua hal yang tampak "ilmiah" benar-benar ilmiah. Islam sangat menghargai ilmu, namun mengutamakan akidah di atas rasa penasaran. Segala bentuk ramalan, termasuk palmistry, adalah haram dan bisa menghancurkan iman jika diyakini sepenuhnya.

"Cukup Allah sebagai penolong dan sebaik-baik tempat bergantung."
(QS. Ali ‘Imran: 173)



Penulis: Marisa Choiriyah , S.T.

Monday, 4 November 2024

Mozaik Limbah Kaca

 Teringat sabda Nabiku

Pada Usamah yang sedang mengiringi perjalanan para wanita:

"Hati-hati Usamah, kau sedang membawa kaca-kaca yang mudah pecah!"

Aku kaca yang berbeda, dulu fikirku..

Kupikir dulu aku bagaikan kaca tempered,

Kaca yang tak mudah meleleh..

Kaca yang tahan akan segala benturan dan guncangan hidup..


Ternyata aku salah,

Aku tetap kaca yang rapuh..

Pernah hancur berkeping-keping 

Tapi apakah aku harus dibuang begitu saja karena tak lagi utuh?


Dahulu, aku kaca yang penuh warna..

Ada warna spesial yang selalu kujaga,

Warna silver yang memantulkan cahaya

Sehingga bisa kulihat bayangan diriku..

Ternyata bagian yang selalu kujaga ini malah yang duluan terjatuh.

Retak, tapi kujaga agar tetap utuh..

Hingga akhirnya pecah dan tak lagi berbentuk..


Kucoba merangkai kembali kaca-kaca itu walau terluka..

Dan kusadari aku tak bisa mengembalikannya ke bentuk semula..

Kutahan segala luka untukku sendiri..

Agar kaca pecah itu tak melukai orang lain..

Kulihat warna diri yang indah..

Pecahan-pecahan kaca yang membentuk pola..

Aku masih berarti..

Aku masih indah..

Kurangkai kaca-kaca pecah itu menjadi mozaik kaca..

Yah, walau agak aneh bentuknya..

Tapi ini seni..


Mozaik limbah kaca ini,

Semoga tak hancur lagi..







Friday, 31 July 2020

Untukmu Pencari Ilmu

🌿🌺 *Untukmu Pencari Ilmu* 🌺🌿

Tolak ukur ilmu agama itu sebenarnya bukan cepat lambatnya menghafal, bukan banyak sedikitnya hafalan, bukan banyaknya mendapatkan riwayat hadist, bukan juga pintar atau enggaknya berbahasa Arab. Bukan itu tolak ukur ilmu. Tapi ilmu diukur dari keindahan hati.

Sudahkah hatinya terhiasi oleh cinta dan penghormatan kepada Allah dan Rasul-Nya?

Sudahkah ilmunya membuatnya semakin zuhud dan tawadhu'?

Sudahkah hatinya terwarnai oleh takut kepada murka dan siksa Allah?

Sudahkah ilmu yang dia peroleh menjadikan hatinya ikhlas dalam setiap langkah ibadahnya?

Karena kalau kita resapi firman Allah dan petuah-petuah para para sahabat, maka kita akan tahu bahwa sebenarnya ilmu ini adalah amalan hati.

Allah ‘azza wa jalla berfirman,

إِنَّمَا يَخْشَى اللَّـهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ

“Sesunggunya hamba Allah yang paling takut kepadanya adalah ulama (orang-orang berilmu)” (QS. Fatir: 28).

Ibnu Mas’ud radhiyallahu’anhu mengatakan,

كفى بخشية الله علما, وكفى بالاغترار بالله جهلا

Cukuplah rasa takut kepada Allah adalah ilmu, dan cukuplah merasa aman dari azab Allah adalah kebodohan.

ليس العلم بكثرة الرواية, ولكن العلم الخشية

Ilmu itu bukan pada banyaknya riwayat, akan tetapi ilmu adalah khasyyah (rasa takut kepada Allah).

Syaikh Sholih Al-‘Ushoimi -hafidzohullah- menuliskan dalil yang sangat indah, menunjukkan bahwa hati adalah tempatnya ilmu.

“Disebutkan dalam shahih Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, bahwa Nabi shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,

إن الله لا ينظر إلى صوركم وأموالكم ولكن ينظر إلى قلوبكم وأعمالكم

“Sesungguhnya Allah tidak melihat rupa dan harta kalian. Akantetapi Allah melihat pada hati dan amalan kalian” (HR. Muslim).

Beliau melanjutkan,

ومن طهر قلبه فيه العلم حل, ومن لم يرفع منه نجاسته ودعه العلم وارتحل

Siapa yang hatinya bersih, maka ilmu akan betah menetap di dalamnya. Siapa yang tidak berusaha mengusir kotoran hati, ilmu akan meninggalkannya dan pergi.

Sahl bin Abdullah –rahimahullah– berkata,

حرام على قلب أن يدخله النور وفي شيء مما يكره الله عز وجل

“Haram bagi hati yang padanya bersemayam sesuatu hal yang dimurkai Allah, untuk dimasuki cahaya ilmu..”


فالعلم جوهر لطيف لا يصلح الا للقلب النظيف

“Ilmu adalah permata mulia. Tidak akan cocok bertempat kecuali di hati yang bersih.

Siapa yang ingin meraih ilmu, maka perindahlah batinnya, sucikanlah hatinya dari segala najis.”

((Lihat : Khulashoh Ta’dhimil ilmi, hal 9-10)



Syaikh Sholih Al-‘Ushoimi menerangkan, “Kebersihan hati kembali kepada dua hal:

Sucinya hati dari najis syubhat.
Sucinya hati dari najis syahwat.”
***

Noda hati sangat banyak. Namun, bila kita kerucutkan, noda-noda itu sumbernya dua ini ; noda syahwat dan noda syubhat.

Syubhat akan membuat seorang berada dalam lingkaran setan sementara dia tidak sadar. Bahkan sampai tahap dia menyangka berada dalam kebenaran, padahal dia sedang tenggelam di lautan kesesatan. Sehingga ilmu yang bermanfaat itu, akan sangat sulit masuk.

Allah berfirman,

أَفَمَن كَانَ عَلَىٰ بَيِّنَةٍ مِّن رَّبِّهِ كَمَن زُيِّنَ لَهُ سُوءُ عَمَلِهِ وَاتَّبَعُوا أَهْوَاءَهُم

“Maka apakah orang yang berpegang pada keterangan yang datang dari Rabbnya sama dengan orang yang (shaitan) menjadikan dia memandang baik perbuatannya yang buruk itu dan mengikuti hawa nafsunya?” (QS. Muhammad: 14).

وَالَّذِينَ اتَّخَذُوا مِن دُونِهِ أَوْلِيَاءَ مَا نَعْبُدُهُمْ إِلَّا لِيُقَرِّبُونَا إِلَى اللَّـهِ زُلْفَىٰ إِنَّ اللَّـهَ يَحْكُمُ بَيْنَهُمْ فِي مَا هُمْ فِيهِ يَخْتَلِفُونَ

“Orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah beralasan, “Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya”. Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya” (QS. Az-Zumar: 3).

Adapun syahwat, penyakit inilah yang akan mendorong seorang berbuat maksiat. Melihat kepada yang haram, berdusta, ghibah, menfitnah, dengki, mengadudomba, berjudi dan seluruh maksiat, sumbernya di syahwat.

Orang yang syahwat menjadi pemimpin di setiap gerak geriknya, akan susah untuk menyerap ilmu. Karena dosa-dosa akan mempergelap hati, sehingga hati menjadi temapat yang lusuh, kotor, tidak nyaman untuk ditinggali ilmu.

Allah Ta’ala,

كَلَّا بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ

“Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang mereka kerjakan itu telah menutupi hati mereka” (QS. Al Muthaffifin: 14).

Makna ayat di atas diterangkan dalam hadits berikut.

Dari Abu Hurairah, dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,

إِنَّ الْعَبْدَ إِذَا أَخْطَأَ خَطِيئَةً نُكِتَتْ فِى قَلْبِهِ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ فَإِذَا هُوَ نَزَعَ وَاسْتَغْفَرَ وَتَابَ سُقِلَ قَلْبُهُ وَإِنْ عَادَ زِيدَ فِيهَا حَتَّى تَعْلُوَ قَلْبَهُ وَهُوَ الرَّانُ الَّذِى ذَكَرَ اللَّهُ ( كَلاَّ بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ) »

“Seorang hamba apabila melakukan suatu kesalahan, maka dititikkan dalam hatinya sebuah titik hitam. Apabila ia meninggalkannya dan meminta ampun serta bertaubat, hatinya dibersihkan. Apabila ia kembali (berbuat maksiat), maka ditambahkan titik hitam tersebut hingga menutupi hatinya. Itulah yang diistilahkan “ar raan” yang Allah sebutkan dalam firman-Nya (yang artinya), ‘Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka’” (HR. Tirmidzi).

Antara dua noda di atas, *noda syubhat lebih parah dalam mempergelap hati daripada noda syahwat.* Karena hati yang mengidap penyakit syubhat, akan susah bertaubat, karena bahkan seringkali mereka mengira berada di atas kebenaran. Berbeda dengan hati yang mengidap penyakit syahwat, ia akan lebih mudah bertaubat, karena nalurinya tetap menyadarkan, bahwa yang dia lakukan adalah salah.

Oleh karena itu iblis lebih semangat menyesatkan manusia melalui pintu syubhat daripada pintu syahwat. Karena kegelapan syubhat berpeluang lebih bisa langgeng mempergelap hati, daripada kegelapan syahwat. Makanya para pengidap syuhbat lebih disukai Iblis daripada pengidap syahwat. Meski memang keduanya adalah keburukan.



Seandainya terasa berat untuk belajar dan mendapatkan ilmu, maka lihatlah lagi ke dalam hati kita.. "Apa ada yang salah?"

Sucikan hati dengan alquran.. Hapalkan walau terasa berat, karena hanya alquran dan mengingat kematian yang dapat membersihkan karatnya hati..

Berdoalah pada Allah yang Memberikan Ilmu itu kepada kita.. Mintalah perlindungan kepada Allah Subhanahu wa ta'ala agar melindungi kita dari sifat malas dalam mencari ilmu maupun beramal..



Mohon Ilmu yang Manfaat
اللَّهُمَّ انْفَعْنِي بِمَا عَلَّمْتَنِي وَعَلِّمْنِي مَا يَنْفَعُنِي وَزِدْنِي عِلْمًا
 الْحَمْدُ لِلَّهِ عَلَى كُلِّ حَالٍ وَأَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ حَالِ أَهْلِ النَّارِ

ALLAHUMMAN FA'NII BIMAA 'ALLAMTANII WA 'ALLIMNII MAA YANFA'UNII WA ZIDNII 'ILMA, ALHAMDULILLAHI 'ALAA KULLI HAALIN WA A'UUDZU BILLAHI MIN HAALI AHLIN NAAR.
Ya Allah! Berilah manfaat terhadap apa yang telah Engkau ajarkan kepadaku, dan ajarkanlah kepadaku sesuatu yang bermanfaat bagiku, dan tambahkanlah kepadaku ilmu. Segala puji hanya milik Allah pada semua kondisi (baik kondisi bahagia maupun susah) dan aku berlindung kepada Allah dari perbuatan penduduk neraka.
H.R. Tirmidzi 3599


Mohon Ilham yang Benar
اللَّهُمَّ أَلْهِمْنِي رُشْدِي وَأَعِذْنِي مِنْ شَرِّ نَفْسِي
ALLAAHUMMA ALHIMNII RUSYDII WA A'IDZNII MIN SYARRI NAFSII
Ya Allah, ilhamkan kepadaku petunjukku, dan lindungilah aku dari kejahatan diriku
H.R. Tirmidzi 3483



Berlindung dari sifat penakut, pelit, malas dan hina
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ
 مِنَ الهَمِّ وَالحَزَنِ،
 وَالعَجْزِ وَالكَسَلِ،
 وَالبُخْلِ وَالجُبْنِ،
 وَضَلَعِ الدَّيْنِ،
وَغَلَبَةِ الرِّجَالِ

ALLAHUMMA INNI A'UUDZUBIKA MINAL HAMMI WAL HAZANI WAL 'AJZI WAL KASALI WAL BUKHLI WAL JUBNI WA DLALA'ID DAINI WA GHALABATIR RIJAAL
Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari keluh kesah dan kesedihan, dari kelemahan dan kemalasan, dari sifat bakhil dan penakut, dan dari lilitan hutang dan penindasan
H.R. Bukhori 6363

Sunday, 28 July 2019

Bangun Cinta 2

*Gimana caranya agar kita beramal pada Allah karena rasa cinta?*


Well,, tingkatan terendah dari cinta adalah *"kepo"* ,
Kalo naik tingkat jadi *"percaya"* ,
Naik lagi tingkatnya jadi *"ikhlash"* .

Okeh, siapa disini yang pernah ngerasain kepo, stalking sana sini, cari info sana sini, gelisah, tapi pengen terus kepo..
Duuh, jangan2 tanda mulai cinta.. Kalo gak pernah kepo, berarti mungkin belum cinta..😅
Coba tanya deh sama ayah ibu kita,, awal2 mereka kenal dulu, pasti mereka saling *kepo* sampe akhirnya saling *percaya* dan menikah, trus setelah nikah masih terus saling kepo,, contoh istri kepoin suamimya: ini orang tidurnya kok ngorok yaa,, gimana biar tidurnya gak ngorok,, dan terus kepo sampe akhirnya "yaudah lah.. *ikhlasin* ajah dia tidur ngorok emang itu sifatnya, yg penting aku bahagia bersamanya." 😁

Dan tentang cinta pada Allah,, mencintai-Nya gak serumit mencintai manusia.. menemukan cinta pada Allah itu sebenarnya jauh lebih mudah jika memang Allah telah memberi hidayah di hati kita.. Karena Allah itu Arrahman dan Arrahim.. Kemahaan cintanya Allah benar2 bisa kita rasakan kalo kita mau tafakkur..
Fitrah alami seorang hamba adalah *kepo* dengan Tuhannya. Oleh sebab itu Allah pun berfirman:
فاعلم انه لا اله الا الله
“Maka ketahuilah / cari tahulah / belajarlah bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan (yang berhaq disembah) melainkan Allah.” (QS: Muhammad: 19)

Kita diperintah *KEPO* dengan kalimat tauhid ini, *KEPO* bahwasanya tidak ada Tuhan selain Allah..
Sebab seseorang baru dikatakan beriman bilamana dia sudah benar2 meyakini bahwasanya Tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah.

Setelah hatinya yaqin akan keesaan Allah, baru lah dia masuk dalam kategori *PERCAYA*, tapi di dalam tingkat percaya ini kepo gak berhenti sampe disini.. Kepo masih terus berlanjut..
Biasanya,, makin tinggi tingkat kekepoan seseorang, menandakan bahwa makin serius dia dengan perasaan cintanya.. Maka dia pun belajar tauhid dengan sungguh2, mempelajari nama2 Allah, mempelajari sifat2 Allah, mempelajari kalam2 Allah, menghafalkan dan mentadabburi alquran,, dan mempelajari semua tentang Allah..

Dikarenakan dia sudah percaya dan sudah menjumpai keindahan kalam2 Allah dan keindahan ilmu2 Allah, lalu dia pun beramal dengan *IKHLASH*, semata2 karena menginginkan rohmat Allah, dan takut dengan neraka Allah..
Apapun cobaan yang dihadapi akan ikhlash dijalani asal dia bisa membuktikan cintanya pada Allah..
Gak ada rasa berat karena udah ikhlash..

Lah sekarang kita introspeksi kita cinta nya sama Allah udah sampe tahap yg mana?
Udah tahap ikhlash apa masih sekedar percaya? Kalo masih sering perhitungan sama Allah, masih ngeluh ketika dicoba, masih ada rasa malas, masih sering menunda2, berarti perlu ditingkatkan lagi kekepoan pada Allah alias lebih banyak lagi mencari ilmu, agar kita bisa sampai ke tahap *IKHLASH* .

Kalo kita gak punya rasa kepo alias malas mencari ilmu, berarti perlu ditanyakan ke hati kita: "apakah iya saya sudah cinta pada Allah?"
Masukkanlah dulu ilmu hikmah ke hati, maka semakin banyak ilmumu, semakin kamu cinta dan takut pada Allah,, semakin bertambah khasyyah mu...

 إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ

Saturday, 20 July 2019

Bolehlah wanita bertanya pada ustadz?

📖 _Materi : Fikih Wanita_

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

🌹 *WANITA DILARANG BERTANYA KEPADA USTADZ KARENA TERMASUK KHOLWAT?* 🌹

____________

✍🏼 _Ustadz Firanda Andirja Abidin, hafidzahullah ta'ala_

☘ Pertama
Hukum asal suara wanita adalah bukan aurot, jika seorang wanita berbicara dengan wajar, dan pembicaraannya tidak mengandung fitnah dan keburukan, akan tetapi pembicaraan yang baik apalagi yang berkaitan dengan agama.

✨Allah berfirman :

يَا نِسَاءَ النَّبِيِّ لَسْتُنَّ كَأَحَدٍ مِنَ النِّسَاءِ إِنِ اتَّقَيْتُنَّ فَلَا تَخْضَعْنَ بِالْقَوْلِ فَيَطْمَعَ الَّذِي فِي قَلْبِهِ مَرَضٌ وَقُلْنَ قَوْلًا مَعْرُوفًا

_*"Hai isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya dan ucapkanlah perkataan yang baik."*_
(QS Al-Ahzaab : 32)

✅ _Allah membolehkan istri-istri Nabi untuk berbicara dengan lelaki dengan syarat perkataan yang baik. Ini menunjukan bahwa suara wanita bukanlah aurot jika diucapkan dengan perkataan yang baik dan wajar._
(lihat Majmuu Fataawa wa Rosaail al-Útsaimin 24/52).

📚Karenanya terlalu banyak hadits yang menjelaskan pembicaraan Nabi ﷺ dengan para wanita dan demikian juga pembicaraan para sahabat dengan para wanita.

👤Asy-Syarbini berkata :

وَصَوْتُ الْمَرْأَةِ لَيْسَ بِعَوْرَةٍ، وَيَجُوزُ الْإِصْغَاءُ إلَيْهِ عِنْدَ أَمْنِ الْفِتْنَةِ

_*“Dan suara wanita bukanlah aurot, dan boleh menyimaknya jika aman dari fitnah”*_
(Mughni al-Muhtaaj 4/210)

🕌 _Adapun para wanita tatkala menegur imam yang salah maka dengan tepuk tangan dan tidak bertasbih (sebagaimana lelaki yang menegur dengan bertasbih) maka hal ini adalah untuk mencegah fitnah, karena bisa jadi wanita tatkala bertasbih dengan suara yang lembut dan mendayu. Adapun perkataan yang biasa dan wajar maka tidak mengapa_
(lihat Fathu Dzil Jalaali wal Ikroom, Syarh Buluug Al-Maroom, al-Útsaimin 1/242)

✔Karenanya jika seorang wanita tatkala berbicara dengan lelaki ajnabi (yang bukan mahromnya) tanpa suara yang mendayu-dayu, namun dengan pembicaraan yang wajar maka tidak mengapa. Sebagaimana seorang wanita diperbolehkan melakukan jual beli dengan lelaki, jika ia ke pasar ia boleh menawar barang dan yang semisalnya akan tetapi dengan perkataan yang baik dan wajar. Maka demikian pula jika ia berbicara dengan ustadz dengan perkataan yang wajar serta sesuai dengan kebutuhan saja, maka tidak mengapa. Dahulu para wanita bertanya langsung kepada Nabi tentang permasalahan agama mereka.

☘Kedua
Tidak mengapa seorang wanita berbicara dengan seorang lelaki yang bukan mahromnya jika dibalik sitar.

✨Allah berfirman :

وَإِذَا سَأَلْتُمُوهُنَّ مَتَاعًا فَاسْأَلُوهُنَّ مِنْ وَرَاءِ حِجَابٍ ذَلِكُمْ أَطْهَرُ لِقُلُوبِكُمْ وَقُلُوبِهِنَّ

_*"Apabila kamu meminta sesuatu (keperluan) kepada mereka (isteri-isteri Nabi), maka mintalah dari belakang tabir. Cara yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka."*_
(Qs Al-Ahzaab : 53)

✔Dzohir ayat ini membolehkan seseorang untuk berbicara dengan wanita yang bukan mahromnya jika dibalik hijab atau sitar. Tentunya selama pembicaraan adalah pembicaraan yang baik, wajar, dan tidak dikawatirkan menimbulkan fitnah.

☝🏼Ayat ini juga menunjukan bahwa jika pembicaraan lelaki dan wanita di balik hijab/tabir/sitar maka tidak dianggap sebagai kholwat.

👤Syaikh Al-Útsaimin rahimahullah  berkata :

قَوْلَهُ تَعَالَى وَإِذَا سَأَلْتُمُوْهُنَّ مَتَاعًا فَاسْأَلُوْهُنَّ مِنْ وَرَاءِ حِجَابٍ، يَعْنِي لاَ تَدْخُلُوا عَلَيْهِنَّ اِسْأَلُوْهُنَّ مِنْ وَرَاءِ حِجَابٍ حَتَّى لاَ تَحْصُلُ الْخَلْوَةُ

_*“Firman Allah taála “Apabila kamu meminta sesuatu (keperluan) kepada mereka (isteri-isteri Nabi), maka mintalah dari belakang tabir”, yaitu janganlah kalian masuk ke dalam rumah mereka, akan tetapi mintalah kepada mereka dibalik tabir, agar tidak terjadi kholwat”*_
(Syarh Riyaad As-Shoolihin 6/368)

📱Maka demikian pula jika seorang wanita berbicara dengan ustadz melalui HP atau telepon, maka tidak mengapa selama tidak menimbulkan fitnah, dan itu bukanlah kholwat.


_Wallahu a’lam bisshowaab._

              •┈┈•••○○❁❁○○•••┈┈•

🌐 firanda.com
📝 Disebarluaskan oleh:
🎀Sahabat Hijrah Group
WhatsApp
https://chat.whatsapp.com/LOXEe9tVnSvJANO7MbbQOq
📮 Telegram Sahabat Hijrah
https://t.me/joinchat/AAAAAFV_RaSYmMrqRsXeLA
✅ Yuk dishare, semoga menjadi amal jariyyah.
🗝Adab menShare adalah dengan tidak menghilangkan sumber, agar yang membaca mudah untuk tabayyun.

Tuesday, 21 May 2019

Is There The Real Endless Love Story?

Sebagai ummat Rosululloh, tak ada satupun sunnah Beliau yg saya benci..
Dan saya belajar utk tidak menghakimi org lain hanya karena ada org yg belum mampu atau gagal melakukan salah satu sunnahnya..
Bagaimana Abu Huroiroh yg sempat ingin mengebiri dirinya,
bagaimana Imam Bukhori yang belum bertemu jodohnya hingga akhir hayatnya, 
bagaimana Zubair Bin Awwam sang Perisai Rosululloh yang gagal mempertahankan Asma' Binti Abu Bakr sang Pemilik dua selendang surga,
bagaimana kisah Zaid Bin Haritsah dan Zainab Binti Jahsyin Ummul Mu'minin yang diterangkan Allah dalam alquran..
Banyak himah yang bisa kita petik, bukan sekedar yang sesuai dengan ekspektasi kita ajah.. 🙂 Happy ending yg sebenarnya itu di akhirot..

Thursday, 4 April 2019

Poligamy and PSI's jargon

How do u pronounce *"acquiesce"* ? It sounds like an Indonesian woman who *acquiesce* a polygamy, isn't it? hahahaha..

I will also 'acquiesce' polygamy only if I am the first one.. 😁 #InShãAllah 😅

But Either an acquiescense or a sincerity, *Allah's words is Haqq!!!* So we are muslimat wal mu'minat, We don't support PSI! 😝 *Politic is to enforce Allah's rule, not to devote selfishness and lust.*
window.setTimeout(function() { document.body.className = document.body.className.replace('loading', ''); }, 10);